Tampilkan postingan dengan label erp. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label erp. Tampilkan semua postingan

Perkembangan Enterprise Resource Planning (ERP)

Perkembangan Enterprise Resource Planning
MRP II



Enterprise Resource Planning atau yang disingkat ERP adalah sistem informasi yang diperuntukan bagi perusahaan untuk menangani peran mengintegrasikan dan mengoptimalisasikan proses bisnis yang berhubungan dengan aspek operasi, produksi maupun distribusi pada perusahaan.


ERP berkembang dari Manufacturing Resource Planning (MRP II) yang merupakan evolusi dari Material Requirements Planning (MRP). 

 

Sistem ERP sering disebut Back Office System yang mengindikasikan bahwa pelanggan atau masyarakat tidak terlibat dalam sistem ini. Hingga saat ini perkembangan ERP telah sampai pada era Extended ERP/ERP II.




PERKEMBANGAN ERP

 
ERP berkembang dari era awal yang bernama MRP, Close Loop MRP, MRP II, Planning MRP II, ERP dan Extended ERP.

A.    MRP

Tahun 1960-an merupakan konsep awal dari ERP dengan adanya MRP, dengan konsep perencanaan kebutuhan material. 

 

Sistem ini meliputi perencanaan dan penjadwalan kebutuhan material perusahaan seperti produk apa yang akan dibuat, apa yang diperlukan untuk membuat produk, kapan material tersebut diperlukan, dan berapa banyak material tersebut diperlukan. 

 

MRP didasarkan pada permintaan dependen yaitu permintaan yang disebabkan oleh permintaan terhadap item level yang lebih tinggi. 

 

Misalnya permintaan akan mesin otomotif, roda merupakan permintaan dependen yang tergantung pada permintaan otomobil. 

 

Keunggulan Material Requirement Planning (MRP) antara lain adalah sebagai berikut

  • Memberikan kemampuan untuk menciptakan harga yang lebih kompetitif,
  • Mengurangi harga jual,
  • mengurangi persediaan,
  • Layanan yang lebih baik kepada pelanggan,
  • respon yang lebih baik terhadap tuntutan pasar,
  • kemampuan mengubah skedul master
  • mengurangi biaya set-up, dan waktu nganggur (idle time)

 

Sedangkan kelemahan yang menyangkut kegagalan MRP mencapai tujuan yang disebabkan oleh:

  • kurangnya komitmen dari manajemen puncak dalam pengimplementasian MRP,
  • MRP dipandang sebagai sesuatu yang terpisah dari sistim lainnya, lebih dipandang sebagai sistim yang berdiri sendiri dalam menjalankan operasi perusahaan daripada sebagai suatu sistim yang terkait dengan sistim lain dalam perusahaan.
  • membutuhkan akurasi operasi,

 

 

 

B.    Close Loop MRP

Tahun 1970-an merupakan close loop MRP yaitu menjadi tahap selanjutnya dari MRP dan merupakan sederetan fungsi yang tidak hanya terbatas pada MRP terkait dengan perencanaan kapasitas, perencanaan dan eksekusi, terdiri atas alat bantu penyesuaian masalah prioritas dan adanya rencana yang dapat diubah atau di ganti jika diperlukan. 


Close Loop MRP dapat mengembalikan produk sebagai bagian dari rantai suplai. 

 

Proses Loop produk dapat dating dari saluran eceran pelanggan atau berasal dari fasilitas produksi yang dalam bentuk manufaktur oleh produk- produk yang gagal memenuhi pengendalian mutu. 

 

 

 

C.    MRP II

Tahun 1980-an MRP berkembang menjadi MRP II (Manufacturing Resource Planning), yang memperkenalkan konsep mengenai penyatuan kebutuhan material (MRP) dan kebutuhan sumber daya untuk proses produksi, dengan menambahkan 3 elemen yaitu: 

  • perencanaan penjualan dan operasi, 
  • antarmuka keuangan dan 
  • simulasi analisis dari kebutuhan yang diperlukan.

 

MRP II
MRP II

 

 

Model bisnis dari MRP II dapat dibagi menjadi Perencanaan Manajemen Puncak, perencanaan Manajemen Operasi, dan Pelaksanaan Manajemen Operasi.

1.    Perencanaan Manajemen Puncak
Perencanaan manajemen puncak terdiri dari peencanaan bisnis, perencanaan penjualan, dan perencanaan produksi.

a)    Perencanaan Bisnis
Perencanaan bisnis meliputi misi, arah, nilai, tujuan utama secara umum, dan keharusan dalam bisnis perusahaan.


b)    Perencanaan Penjualan
Perencanaan penjualan mengenai apa dan berapa hasil produksi yang akan dijual oleh perusahaan dalam satuan waktu tertentu,biasanya dalam rentang satu tahun. 

Perencanaan ini dilakukan untuk setiap jenis barang dan keseluruhan produk, yang dicantumkan dalam nilai uang dan dalam satuan barang. Perencanaan penjualan biasanya didasarkan pada permintaan pasar.

 

c)    Prencanaan Produksi
Perencanaan Produksi, yang merupakan perencanaan untukmemproduksi atau menghasilkan produk yang sesuai dengan perencanaan penjualan



2.    Perencanaan Manajemen Operasi
Perencanaan manajemen operasi adalah perencanaan untuk mengembangkan secara terinci kebutuhan material dan kapasitas.

a)    Jadwal Produksi Induk
Jadwal Produksi Induk atau Master Production Schedule (MPS) menggambarkan urutan pembuatan produk yang akan dihasilkan. 


MPS dibuat setiap minggu dan berisi rincian setiap jenis barang yang akan diproduksi, jadwal pemesanan pelanggan dan potensi kebutuhan pelanggan.


b)    Perencanaan Material
Perencanaan material adalah daftar kebutuhan material dari jadwal produksi induk yang dibuat, baik marterial tersebut sedang dipesan maupun sudah terdedia di perusahaan. 


c)    Perencanaan Kapasitas
Proses Perencanaan Kebutuhan Kapasitas atau Capacity Requirement Planning (CRP) hampir sama dengan proses perencanaan material. 

 

Apabila perencanaan material mencantumkan kebutuhan terinci mengenai material, maka CRP mencantumkan kebutuhan mengenai kapasitas. 

 

Pembuatan CRP dilakukan berdasarkan data seperti MRP, pesanan yang sedang berjalan,waktu pembuatan, dan waktu penyiapan.

 

 

3.    Eksekusi Manajemen Operasi
Tahap eksekusi dalam MRP II biasanya terdiri dari pembelian barang dari pemasok luar dan pelaksanaan produksi yang dilakukan di dalam pabrik. 

a)    Pengawasan Pembelian
Pengawasan pembelian dilakukan untuk mengawasi jumlah pembelian, waktu pembelian dan waktu penerimaan barang agar sesuai dengan waktu yang ditentukan


b)    Pengawasan Ruangan
Pengawasan Ruangan berarti pengawasan atas kelancaran kapasitas setiap  produksi atau pusat pembuatan barang dan proses produksi. 

 

Proses produksi menyangkut efisiensi dalam waktu antrean, waktu pembuatan, pengawasan mutu, serta waktu pemindahan barang jadi.

 

c)    Pengukuran Kerja
Pengukuran kinerja adalah sesuatu yang sangat penting dalam proses manajemen. Tanpa pengukuran kinerja yang bersifat kuantitatif, sulit untuk mengetahui diketahui secara obyektif dan pertanggung jawaban mengenai keberhasilan suatu perencanaan. 

 

Karena kinerja harus dapat diukur, maka disamping ukuran kualitatif juga dibutuhkan ukuran kuantitatif. 

 

Ukuran kinerja biasanya perlu dikembangkan untuk dua hal yaitu ukuran efisiensi dan ukuran efektivitas.
 

 

 

C.    ERP

Tahun 1990-an perkembangan ERP mulai pesat, awal dari perkembangan ERP dipelopori oleh 5 karyawan IBM di Mannheim Jerman yang menciptakan SAP yang berfungsi untuk menyatukan solusi bisnis. 

 

Merupakan perluasan dari MRP II yaitu perluasan pada beberapa proses bisnis diantaranya integrasi keuangan, rantai pasokdan meliputi lintas batas fungsi organisasi dan juga perusahaan dengan dilakukan secara mudah.

 

Bertujuan agar perusahaan dapat beroperasi dengan baik pada kondisi yang cepat berubah dan lebih kompetitif. MRP II mirip seperti Close Loop MRP hanya saja ada penambahan dengan tiga elemen yaitu:

  • Perencanaan penjualan dan operasi, yang digunakanuntuk menyeimbangkan antara permintaan danpersediaan.
  • Antarmuka keuangan, kemampuan menterjemahkanrencana operasional (dalam bentuk pieces, kg, gallon, dansatuan lainya) menjadi satuan biaya.
  • Simulasi, kemampuan melakukan analisis untukmendapatkan jawaban yang mungkin diterapkan dalamsatuan unit maupun uang.Perkembangan ERP

 

Penggunaan ERP dalam sebuah perushaan menekankan pada penggunaan teknologi didalamnya, khususnya penggunaan teknologi informasi. 

 

Alasan dari penggunaan ERP adalah dapat dilakukannya integrasi khususnya integrasi perencanaan dalam ERP meliputi informasi keuangan, informasi pesanan pelanggan, standarisasi dan percepatan proses manufaktur, mengurangi persediaan, dan standarisasi informasi karyawan.


Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan sistem ERP dalam sebuah perusahaan adalah

  • Integrasi dalam sebuah sistem ERP dapa membuat proses pengambilan keputusan dilakukan dengan lebih efektif dan efisien.
  • ERP memungkinkan melakukan integrasi secara global. Halangan yang tadinya berupa perbedaan valuta, perbedaan bahasa, dan perbedaan budaya, dapat dijembatani secara otomatis, sehingga data dapat diintegrasikan.
  • ERP tidak hanya memadukan data dan orang, tetapi juga menghilangkankebutuhan pemutakhiran dan pembetulan banyak sistem komputer yang terpisah.
  • ERP memungkinkan manajemen mengelola operasi, tidak hanya sekedar memonitor saja. 

 

 

 

D.    Extended ERP

Tahun 2000-an ERP berevolusi menjadi Extended ERP (ERPII). Ruang lingkup Extended ERP lebih luas dan lebih komplek dari ERP. 

 

Pada dasarnya ERP adalah penambahan module keuangan pada MRPII, sehingga lebih memudahkan bagi para pengambil keputusan menentukan keputusan-keputusannya, Melingkupi perluasan yang menjebatani pemasok sampai dengan konsumen dan difokuskan pada konsumen dan integrasi dengan supplier


Ladangtekno

VALUE CHAIN ATAU RANTAI NILAI

VALUE CHAIN ATAU RANTAI NILAI
VALUE CHAIN ATAU RANTAI NILAI

VALUE CHAIN ATAU RANTAI NILAI


Hai Sobat Ladangtekno

Value chain atau rantai nilai suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk menghasilkan suatu produk atau jasa. Bersadarkan buku Competitive Advantage: Creating and Sustaining Superior Performance karya Michael Portel, konsep value chain membagi kegitan peruisahaan menjadi dua yaitu primary activity dan support activity. Menurut Pearce & Robinson (2008) istilah rantai nilai menggambarkan cara untuk memandang suatu perusahaan sebagai rantai kegiatan yang mengubah input menjadi output yang bernilai bagi pelanggan. Nilai bagi pelanggan berasal dari tiga sumber dasar: aktivitas yang membedakan produk, aktivitas yang menurunkan biaya produk dan aktivitas yang dapat segera memenuhi kebutuhan pelanggan. Menurut Porter dalam (David:2006), salah satu strategi yang memungkinkan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif adalah:
  • Cost Leadership Strategy (strategi kepemimpinan harga) yiatu membuat produksi suatu barang yang sudah masuk standar tapi dengan menggunakan biaya produksi yang sanagat rendah per-unit barang, ini ditunjukan untuk konsumen yang sensotof terhadap harga jual dengan tujuan menarik konsumen yang sensitif terhadapat harga jual suatu produk.
  • Differentiation Strategy yaitu strategi yang dimana memiliki tujuan untuk menghasilkan barang dan jasa yang unik dan ditunjukan untuk konsumen yang tidak terlalu sensitif terhadap harga. Strategi ini menekankan untuk perusahaan membuat sebuah produk yang unik dimana keunikan dari produk ini tidak dimiliki oleh perusahaan lain yang menjadi kompettitor perusahaan yang bersangkutan.
  • Focus Strategy Cost yaitu strategi dengan memproduksi barang dan jasa yang ditunjukan untuk kelompok kecil pelanggan saja. Strategi ini efektif saat konsumen menginnginkan persyaratan tertentu untuk produk yang mereka inginkan dan perusahaan lain tidak ada yang berada dalam segemen pasar yang sama..
Strategi manapun yang digunakan value chain analysis (VCA) akan dapat membantu perusahaan untuk berfokus pada strategi yang di pilih dan berusaha meraih keunggulan yang kompetitif. VCA memandang perusahaan sebagai salah satu bagian rantai produk, rantai nilai merupakan tahapan dari barang mentah sampai menjadi barang purnajual. Rantai nilai mencakup aktivitas yang terjadi karena hubungan dengan pemasok dan hubungan dengan konsumen. VCA dapat membantu manajer untuk memahami posisi perusahaan dalam rantai nilai untuk meningkatkan keunggulan kompetitif .

VCA adalah alat analisis strategi yang baik untuk memahami lebih baik mengenai keunggulan kompetitif yang berguna untuk memahami dimana value pelanggan dapat ditingkatkan atau penurunan biaya dan memahami secara lebih baik hubungan antara perusahaan dan dengan pemasok dan dengan perusahaan lain (Hansen & Mowen: 2000). VCA melihat lalulintas biaya lintas rangkaian aktivitas yang dilakukan oleh bisnis tersebut sehingga dapat ditentukan dimana terdapat kelemahan biaya. Menurut Pearce & Robinson (2008)

VALUE CHAIN ATAU RANTAI NILAI
VALUE CHAIN ATAU RANTAI NILAI

Gambar 1 merupakan kerangka value chain yang membagi aktivitas sebuah perusahaan kedalam dua ketegori umum yaitu aktivitas utama yaitu aktivitas yang terlibat dalam penciptaan produk fisik, pemasaran, transfer ke pembeli dan layanan purna jual. Aktivitas pendukung adalah aktivitas yang dapat membantu berjalannya perusahaan dengan menyediakan infrastruktur atau input yang memungkinkan aktivitas utama dapat berjalan secara berkelanjutan.

Mencapai Value Chain Internal Sebuah Perusahaan
Value chain internal dapat dicapai dengan menggunakan empat langkah yaitu sebagai berikut
  • Mengindetifikasi aktivitas value chain, yaitu memecah operasi yang ada dalam perusahaan menjadi proses bisnis tertentu, biasanya dikelompokan dalam proses primer/utama dan pendukung. Perusahaan biasanya melakukan aktivitas yang berbeda pada setiap kategori.  Manajer dalam tahap ini memiliki tantangan untuk mengeruraikan dengan rinci apa yang sebenarnya terjadi dalam aktivitas yang berbeda yang daapat dianalisis, bukan terpaku pada ketegori yang luas dan umum
  • Alokasi biaya, yaitu mengaitkan biaya ke setiap aktivitas berbeda, setiap aktivitas yang terjadi dalam value chain dapat mengeluarkan biaya dan mengikat waktu dan asset. Manajer dalam tahap ini diharuskan untuk mengalokasikan biaya dan asset ke setiap aktivitas. 
  • Identifikasi aktivitas yang membedakan perusahaan, yaitu letak perbedaan yang ada dalam perusahaan yang menjadi sumber keunggulan perusahaan dari pesaing.
  • Menilai value chain, yaitu menggunakan informasi biaya aktivitas untuk melakukan pengelolaan setiap ativitas secara lebih baik, tahap ini diibaratkan melakukan evaluasi dari aktivitas value chain yang ada.

Konsep Value added dan Value Coalitions
Konsep value added merupakan analisis nilai tambah yang dimulai saat pembelian bahan baku sampai produk jadi. Konsep ini menekankan pada penambahan nilai produk selama proses dalam perusahaan. Semua nilai yang non value added akan dihilangkan dan perusahaan akan berfokus pada hal yang memiliki nilai pada produk. Konsep ini cenderung mengakibatkan kerugian pada perusahaan karena analisa dimulai ketika bahan baku dibeli dan tidak memperhatikan aktivitas yang dilakukan pemasok bahan baku tersebut dan berakhir saat produk selesai diproses dengan mengabaikan distribusi produk ke tangan konsumen dan layanan purna jual. Konsep ini akan membuat perusahaan kehilangan hubungan baik dengan konsumen dan suplier.

Value coalitions merupakan pengembangan dari value chain dimana konsep ini dapat dijadikan alat yang lebih fleksibel dalam kegiatan bisnis yang kompetitif. Model value coalitions menunjukan bahwa nilai yang tercipta sering diperoleh dari adanya hubungan secara bersamaan dari beberapa unit pendukung dalam menghasilkan produk, ini didasarkan bahwa pendekatan yang didesain untuk sebuah perusahaan diidentifikasi melalui nilai ekonomi dari konsumen, yang didasarkan pada:
  • Work activity based, merupakan pola pemrosesan yang didasarkan pada suatu set aktivitas pendukung dari sebuah arus kerja (workflow).
  • Functional organization; yaitu didasarkan pada fungsi organisasi keseluruhan dari puncak sampai kebawah organisasi

Sekian postingan dari mimin kali semoga bermanfaat. Jika ada yang kurang dari postingan mimin atau ada yang belum dimengerti, yuks komentar dibawah kita diskusikan sama sama. Jangan lupa terus kunjungi Ladangtekno dan dapatkan informasi menarik mengenai dunia teknologi. silahkan comement dibawah untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.

tags:
ladangtekno
valuechain

PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN ERP

PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN ERP
ERP

PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN ERP


Hai Sobat Ladangtekno

Enterprise Resource Planning atau yang disingkat ERP adalah sistem informasi yang diperuntukan bagi perusahaan untuk menangani peran mengintegrasikan dan mengoptimalisasikan proses bisnis yang berhubungan dengan aspek operasi, produksi maupun distribusi pada perusahaan.

ERP berkembang dari Manufacturing Resource Planning (MRP II) yang merupakan evolusi dari Material Requirements Planning (MRP). Sistem ERP sering disebut Back Office System yang mengindikasikan bahwa pelanggan atau masyarakat tidak terlibat dalam sistem ini. Hingga saat ini perkembangan ERP tekah sampai pada era Extended ERP/ERP II.

PERKEMBANGAN ERP
ERP berkembang dari era awal yang bernama MRP, Close Loop MRP, MRP II, Planning MRP II, ERP dan Extended ERP
MRP
Tahun 1960-an merupakan konsep awal dari ERP dengan adanya MRP, dengan konsep perencanaan kebutuhan material. Sistem ini meliputi perencanaan dan penjadwalan kebutuhan material perusahaan seperti produk apa yang akan dibuat, apa yang diperlukan untuk membuat produk, kapan material tersebut diperlukan, dan berapa banyak material tersebut diperlukan. MRP didasarkan pada permintaan dependen yaitu permintaan yang disebabkan oleh permintaan terhadap item level yang lebih tinggi. Misalnya permintaan akan mesin otomotif, roda merupakan permintaan dependen yang tergantung pada permintaan otomobil. Keunggulan Material Requirement Planning (MRP) antara lain adalah sebagai berikut
  •  Memberikan kemampuan untuk menciptakan harga yang lebih kompetitif,
  • Mengurangi harga jual, 
  • mengurangi persediaan, 
  • Layanan yang lebih baik kepada pelanggan, 
  • respon yang lebih baik terhadap tuntutan pasar, 
  • kemampuan mengubah skedul master, 
  • mengurangi biaya set-up, dan waktu nganggur (idle time)
Sedangkan kelemahan yang menyangkut kegagalan MRP mencapai tujuan yang disebabkan oleh:
  • kurangnya komitmen dari manajemen puncak dalam pengimplementasian MRP,
  • MRP dipandang sebagai sesuatu yang terpisah dari sistim lainnya, lebih dipandang sebagai sistim yang berdiri sendiri dalam menjalankan operasi perusahaan daripada sebagai suatu sistim yang terkait dengan sistim lain dalam perusahaan. 
  • membutuhkan akurasi operasi,

CLOSE LOOP MRP
Tahun 1970-an merupakan close loop MRP yaitu menjadi tahap selanjutnya dari MRP dan merupakan sederetan fungsi yang tidak hanya terbatas pada MRP terkait dengan perencanaan kapasitas, perencanaan dan eksekusi, terdiri atas alat bantu penyesuaian masalah prioritas dan adanya rencana yang dapat diubah atau di ganti jika diperlukan. Close Loop MRP dapat mengembalikan produk sebagai bagian dari rantai suplai. Proses Loop produk dapat dating dari saluran eceran pelanggan atau berasal dari fasilitas produksi yang dalam bentuk manufaktur oleh produk- produk yang gagal memenuhi pengendalian mutu.


MRP II

Tahun 1980-an MRP berkembang menjadi MRP II (Manufacturing Resource Planning), yang memperkenalkan konsep mengenai penyatuan kebutuhan material (MRP) dan kebutuhan sumber daya untuk proses produksi, dengan menambahkan 3 elemen yaitu: perencanaan penjualan dan operasi, antarmuka keuangan dan simulasi analisis dari kebutuhan yang diperlukan.
MRP II
MRP II

Model bisnis dari MRP II dapat dibagi menjadi Perencanaan Manajemen Puncak, perencanaan Manajemen Operasi, dan Pelaksanaan Manajemen Operasi.

Perencanaan Manajemen Puncak
Perencanaan manajemen puncak terdiri dari peencanaan bisnis, perencanaan penjualan, dan perencanaan produksi.
  • Perencanaan Bisnis
Perencanaan bisnis meliputi misi, arah, nilai, tujuan utama secara umum, dan keharusan dalam bisnis perusahaan.
  • Perencanaan Penjualan
Perencanaan penjualan mengenai apa dan berapa hasil produksi yang akan dijual oleh perusahaan dalam satuan waktu tertentu,biasanya dalam rentang satu tahun. Perencanaan ini dilakukan untuk setiap jenis barang dan keseluruhan produk, yang dicantumkan dalam nilai uang dan dalam satuan barang. Perencanaan penjualan biasanya didasarkan pada permintaan pasar.
  • Prencanaan Produksi
Perencanaan Produksi, yang merupakan perencanaan untukmemproduksi atau menghasilkan produk yang sesuai dengan perencanaan penjualan

Perencanaan Manajemen Operasi
Perencanaan manajemen operasi adalah perencanaan untuk mengembangkan secara terinci kebutuhan material dan kapasitas.
  • Jadwal Produksi Induk
Jadwal Produksi Induk atau Master Production Schedule (MPS) menggambarkan urutan pembuatan produk yang akan dihasilkan. MPS dibuat setiap minggu dan berisi rincian setiap jenis barang yang akan diproduksi, jadwal pemesanan pelanggan dan potensi kebutuhan pelanggan.
  • Perencanaan Material
Perencanaan material adalah daftar kebutuhan material dari jadwal produksi induk yang dibuat, baik marterial tersebut sedang dipesan maupun sudah terdedia di perusahaan.
  • Perencanaan Kapasitas
Proses Perencanaan Kebutuhan Kapasitas atau Capacity Requirement Planning (CRP) hampir sama dengan proses perencanaan material. Apabila perencanaan material mencantumkan kebutuhan terinci mengenai material, maka CRP mencantumkan kebutuhan mengenai kapasitas. Pembuatan CRP dilakukan berdasarkan data seperti MRP, pesanan yang sedang berjalan,waktu pembuatan, dan waktu penyiapan.

Eksekusi Manajemen Operasi
Tahap eksekusi dalam MRP II biasanya terdiri dari pembelian barang dari pemasok luar dan pelaksanaan produksi yang dilakukan di dalam pabrik
  • Pengawasan Pembelian
Pengawasan pembelian dilakukan untuk mengawasi jumlah pembelian, waktu pembelian dan waktu penerimaan barang agar sesuai dengan waktu yang ditentukan
  • Pengawasan Ruangan
Pengawasan Ruangan berarti pengawasan atas kelancaran kapasitas setiap  produksi atau pusat pembuatan barang dan proses produksi. Proses produksi menyangkut efisiensi dalam waktu antrean, waktu pembuatan, pengawasan mutu, serta waktu pemindahan barang jadi. Pengukuran Kinerja
  • Pengukuran Kerja
Pengukuran kinerja adalah sesuatu yang sangat penting dalam proses manajemen. Tanpa pengukuran kinerja yang bersifat kuantitatif, sulit untuk mengetahui diketahui secara obyektif dan pertanggungjawaban mengenai keberhasilan suatu perencanaan. Karena kinerja harus dapat diukur, maka disamping ukuran kualitatif juga dibutuhkan ukuran kuantitatif. Ukuran kinerja biasanya perlu dikembangkan untuk dua hal yaitu ukuran efisiensi dan ukuran efektivitas.


ERP
Tahun 1990-an perkembangan ERP mulai pesat, awal dari perkembangan ERP dipelopori oleh 5 karyawan IBM di Mannheim Jerman yang menciptakan SAP yang berfungsi untuk menyatukan solusi bisnis. Merupakan perluasan dari MRP II yaitu perluasan pada beberapa proses bisnis diantaranya integrasi keuangan, rantai pasokdan meliputi lintas batas fungsi organisasi dan juga perusahaan dengan dilakukan secara mudah.Bertujuan agar perusahaan dapat beroperasi dengan baik pada kondisi yang cepat berubah dan lebih kompetitif. MRP II mirip seperti Close Loop MRP hanya saja ada penambahan dengan tiga elemen yaitu:
  • Perencanaan penjualan dan operasi, yang digunakanuntuk menyeimbangkan antara permintaan danpersediaan.
  • Antarmuka keuangan, kemampuan menterjemahkanrencana operasional (dalam bentuk pieces, kg, gallon, dansatuan lainya) menjadi satuan biaya.
  • Simulasi, kemampuan melakukan analisis untukmendapatkan jawaban yang mungkin diterapkan dalamsatuan unit maupun uang.Perkembangan ERP
Penggunaan ERP dalam sebuah perushaan menekankan pada penggunaan teknologi didalamnya, khususnya penggunaan teknologi informasi. Alasan dari penggunaan ERP adalah dapat dilakukannya integrasi khususnya integrasi perencanaan dalam ERP meliputi informasi keuangan, informasi pesanan pelanggan, standarisasi dan percepatan proses manufaktur, mengurangi persediaan, dan standarisasi informasi karyawan. Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan sistem ERP dalam sebuah perusahaan adalah
  • Integrasi dalam sebuah sistem ERP dapa membuat proses pengambilan keputusan dilakukan dengan lebih efektif dan efisien.
  • ERP memungkinkan melakukan integrasi secara global. Halangan yang tadinya berupa perbedaan valuta, perbedaan bahasa, dan perbedaan budaya, dapat dijembatani secara otomatis, sehingga data dapat diintegrasikan.
  • ERP tidak hanya memadukan data dan orang, tetapi juga menghilangkankebutuhan pemutakhiran dan pembetulan banyak sistem komputer yang terpisah.
  • ERP memungkinkan manajemen mengelola operasi, tidak hanya sekedar memonitor saja.

EXTENDED ERP
Tahun 2000-an ERP berevolusi menjadi Extended ERP (ERPII). Ruang lingkup Extended ERP lebih luas dan lebih komplek dari ERP. Pada dasarnya ERP adalah penambahan module keuangan pada MRPII, sehingga lebih memudahkan bagi para pengambil keputusan menentukan keputusan-keputusannya, Melingkupi perluasan yang menjebatani pemasok sampai dengan konsumen dan difokuskan pada konsumen dan integrasi dengan supplier


Sekian postingan dari mimin kali semoga bermanfaat. Jika ada yang kurang dari postingan mimin atau ada yang belum dimengerti, yuks komentar dibawah kita diskusikan sama sama . Jangan lupa terus kunjungi Ladangtekno dan dapatkan informasi menarik mengenai dunia teknologi. silahkan comement dibawah untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.

Tags:
ladangtekno
ERP